Sunday, January 31, 2010

Coba-coba bikin FF ^^

I like living. I have sometimes been wildly, despairingly, acutely miserable, racked with sorrow, but through it all I still know quite certainly that just to be alive is a grand thing.

By. Agatha Christie

“Minho-ya hidup itu sangat indah bukan jika kau bisa melihatnya dari perspective yang lain, lihatlah dunia ini dari level 100 cm kau akan melihat perbedaannya”


LIFE IS BEAUTIFUL


Minho terbangun dari tidurnya, matanya masih terbuka samar-samar, diliriknya jam tangan usang yg melingkar di pergelangan tangannya

“Sudah jam setengah enam, gawat aku bisa terlambat” bergegas kemudian dia menuju ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan menggosok gigi lalu mengganti pakaiannya, 10 menit kemudian dia sudah siap untuk segera berangkat kerja, dipandanginya apartemen yang kosong itu masih sama dengan kemarin beberapa buku berserakan diatas lantai yang lumayan berdebu, beberapa baju yang belum tercuci serta kotak2 bekas makanan junk food yg ada di tempat sampah serta beberapa piring kotor yang masih belum dicuci masih ada diwastafelnya . Ah sudahlah nanti saja aku bersihkan pikirnya aku harus segera bergegas bisa2 aku terlambat dia tidak ingin mendengar omelan pak Kim lagi.

Sesampainya dibawah segera dia mengayuh sepeda lamanya menuju ke tempat pak kim bahkan matahari masih belum mau menampakkan senyumannya yang hangat namun begitulah hidup yang aku jalani sekarang bekerja siang malam dari satu tempat ke tempat yang lain untuk membiayai biaya perawatan ibu dirumah sakit serta membiayai sekolah adikku.

Yah aku punya seorang adik laki2 bahkan akupun tidak pernah tau dimana dia tidur setiap harinya aku hanya tau kl dia masih bersekolah di sebuah sekolah swasta di kota ini dia hanya pulang sekedar untuk menagih uang bulanan sekolahnya selebihnya aku bahkan tidak tahu apa yang dia lakukan karena aku terlalu sibuk mengurusi masalah ini dan itu.

Semenjak keluargaku bangkrut 3 tahun yang lalu dan ayah yang terpaksa mendekam di bui karena masalah di perusahaan yg dipimpinnya beberapa tahun yg lalu, semenjak itu ibu sering sakit2an dan saat ini terpaksa dirawat di rumah sakit kecil di kota ini karena kami tidak memiliki biaya yang lebih untuk ibu agar mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Terkadang aku membenci diriku yang tidak bisa membahagiakan ibu dan adikku namun apa daya saat ini hanya ini yang bisa kulakukan. Tanpa terasa sepeda yang ku kayuh sudah sampai ditempat pak Kim salah satu bosku.

Kreeeekkkk….

“Ah minho kau sudah datang” pak Kim yg melihatku langsung menunjuk satu krat kotak susu dan setumpuk koran untuk aku kirimkan seperti biasanya, “Iya” aku hanya bergumam pelan tanpa mengatakan apa – apa lagi. ”Setelah selesai dengan semua itu cepat kembali kemari aku ada sesuatu untukmu” pak Kim sedikit berteriak kepadaku yang sedang berjalan keluar sambil membopong kotak susu tersebut…. “Iye” kataku membalas

Rumah demi rumah aku lewati, satu persatu kotak susu dan koran sudah aku kirimkan akhirnya tinggal satu yang terakhir, dikayuhnya sepeda itu menuju sebuah rumah yang berada di pojokan. Rumah itu sangat indah tidak seberapa besar namun kelihatan sangat hangat, sebuah rumah bergaya semi klasik dengan taman yg indah.

Sejenak minho terpaku didepan rumah tersebut lamunannya melayang sampai kemudian sayup – sayup terdengar alunan piano dari dalam rumah tersebut, minho menajamkan telinganya. Suara itu begitu indah, menenangkan namun disisi lain juga begitu sedih bercampur menjadi satu minho terpaku mendengarkan alunan piano itu siapa yang memainkan lagu itu dengan begitu indah pasti seorang master pikirnya, cukup lama dia terhanyut dalam alunan piano tersebut sampai akhirnya tersadarkan oleh suara gonggongan anjing yang berlari keluar dari pintu rumah tersebut serta suara seorang gadis yg memanggil “Terri” mungkin nama anjing tersebut pikir minho, bergegas dia meletakkan sekotak susu serta koran terakhirnya hari ini dan bergegas pergi.


“Terri, berhenti jangan berlari keluar seperti itu atau aku tidak akan memberimu snack” seorang gadis muncul menghampiri anjingnya yang terus menggonggong kearah kotak susu serta koran yg diletakkan oleh si delivery boy. “Ah, rupanya kau begitu ingin meminumnya yah, baiklah ayo kita kedalam aku akan memberikannya untukmu sayang” si gadis tersebut berbicara kepada anjing kesayangannya. Terri terlihat senang dan mengibas-ngibaskan ekornya dengan gembira . Gadis itu hanya bisa tertawa melihat tingkah pola anjingnya.

“oh minho –ya kau sudah datang, ini makanlah dulu kau pasti belum sarapan kan” pak Kim melemparkan roti serta sekotak susu buatku, “gomawo” kusunggingkan senyuman tipis pada pak Kim, dan beliau hanya tersenyum saja “duduklah “ lanjut pak Kim seraya memberikan sebuah kursi kepadaku. Memang sejak ibu dirawat dirumah sakit pak Kimlah orang yang “mengurus” ku dan adikku. “Bagaimana keadaan ibumu, apa beliau baik-baik saja” tiba2 pak Kim bertanya padaku “hmm, sudah agak lumayan tapi beliau memang masih harus banyak istirahat” jawabku. Oh ya kau masih mau bekerja, ada lowongan disini cobalah kudengar gajinya lumayan, pak Kim menyodorkan sebuah kertas bertuliskan sebuah alamat kepadaku.

Manolin Café, 서울시 (Seoul sshhi) 반포동 (Banpo-4-Dong neighborhood) 서래마을 (Seo reh mah eur) 107-28번지

“Café baru, baru dibuka kudengar mereka sedang mencari banyak karyawan dan kebetulan aku kenal baik dengan pemiliknya, kalau kau mau datanglah kesana menemui Mr. Lee dia manajer disana“ pak Kim kembali bicara padaku. “O araso, gomawo pak Kim, nanti aku kesana, aku harus pergi terima kasih pak” pamitku.

Anak yang malang, kau harus bekerja begitu keras diumurmu yang masih belia nak, semoga suatu hari nanti kau akan mendapatkan kebahagiaan yang berlimpah Pak Kim bergumam sambil menatapku yang perlahan pergi.

Jam 9:00 akhirnya aku sampai juga di tempat kerjaku yang kedua, sebuah construction site disana aku menjadi buruh bangunan sebuah apartement mewah di salah satu sudut kota Seoul. Sungguh sangat kontras dimana Negara sedang dilanda resesi pemerintah malah giat2nya membangun apartemen mewah lengkap dengan mall sebagai penunjang keberadaan apartemen itu sendiri .

“Hei minho, kau baru datang” tiba-tiba seseorang mengejutkanku dari belakang.

“ah, iye” jawabku “hmmm, kau ini selalu begitu hanya menjawab sekedarnya tidak ada basa – basi sama sekali” sahut seseorang itu lagi sambil tersenyum. Won Bin Sunbae dia seniorku disekolah dulu, dan sekarang dia menjadi mandor di proyek ini, awalnya pertemuan yang tidak disengaja disalah satu bar tempatku bekerja dulu darinya aku mendapatkan pekerjaan ini, meskipun terasa berat pada awalnya tapi won bin sunbae terus menyemangatiku, yah kalau dipikir-pikir aku masih beruntung punya orang-orang yang masih memperhatikanku ditengah derita yang ku alami.

“kau siap bekerja” serunya lagi “aza… setelah pulang kerja nanti aku traktir kau minum” serunya lagi dan seperti biasa aku hanya menjawab dengan senyuman atas ajakannya.

Siang itu matahari sungguh terik, keringat mengucur deras dari tubuhku entah karena pekerjaan yang berat atau karena panasnya matahari aku sudah tidak bisa berpikir lagi. Saat ini jam makan siang, seperti biasa kami mendapat jatah catering tapi entah kenapa hari ini aku sangat tidak bernafsu untuk makan aku lebih ingin untuk tidur sebentar untuk melepas lelah, sebuah tempat disalah satu sudut construction site menarik mataku untuk kesana, tempat itu lumayan teduh dan sepi.

Kubaringkan sejenak tubuhku bersender pada dinding bangunan tersebut, aku merogoh saku celanaku mencari saputangan untuk menghapus peluh yang masih menetes di wajahku, mataku agak perih karena keringat yang bercampur dengan debu, tiba-tiba sebuah kartu nama yang sudah agak kumal karena tertekuk-tekut terjatuh.

Oh alamat café itu, kulihat lagi dengan seksama kartu nama itu , sebuah kartu nama berwarna putih lengkap dengan lukisan abstrak dan bertuliskan nama café tersebut. Sebuah nama yang indah namanya sangat asing dan bergaya latin, apa pemiliknya orang asing pikirku lagi, alisku sedikit berkerut melihat lukisan abstrak tersebut. Lukisan apa ini seperti bunga namun, ah entahlah aku sama sekali tidak mengerti apa arti lukisan ini terlalu sulit untuk dipahami apa maksud dari si pelukisnya.

Sejenak minho memejamkan matanya, alih-alih ingin tidur sebentar tetapi matanya tidak mau terpejam pikirannya kembali melayang, kemarin dia mendapat surat pemberitahuan dari rumah sakit kalau kondisi ibunya sedang menurun, untuk itu dokter menyarankan untuk memindahkan ibunya kerumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Tentu saja bagi minho artinya dia harus menyediakan uang ekstra, sejenak dia berpikir apakah aku harus mendatangi café ini kalau kata pak Kim bayarannya lumayan, lebih baik daripada hanya sekedar menjadi penjaga pom bensin dimalam hari atau haruskan aku berhutang lagi kepada paman tapi aku yakin paman tidak akan memberikan aku uang lagi karena uang yang dulu saja belum bisa aku kembalikan .

Sejak keluarganya berantakan seperti ini rata-rata seluruh keluarga menjauh, padahal dulu saat ayah masih menjabat sebagai pimpinan perusahaan mereka seperti penjilat-penjilat demi ikut merasakan kekayaan kami, tapi setelah musibah ini mereka sama sekali lupa bahkan terkesan tidak perduli lagi dengan kami, mengingatnya saja aku sudah muak rasanya mereka ingin kuhajar jika aku tidak ingat ibu dan adikku yang masih membutuhkan aku sebagai penopang hidup mereka sekarang terutama ibuku yang membutuhkan dukungan kami lebih dari apapun.

Satu tekad bulat mendadak muncul dipikiran minho, yah sore ini aku akan mendatangi café ini dan menanyakan pekerjaan itu, siapa tau karena pemiliknya orang asing maka aku bisa mengharapkan upah yang lebih ^^