Sunday, February 28, 2010

MinSun Petition

Joint MinSun petition to make them reunite together in new project

please click the link

http://www.petitiononline.com/MinSun10/petition.html

Hope this petition will make a new change for Korean Film and Drama Industry ^^

Minsun Fighting !!!


Thursday, February 4, 2010

Life is Beautiful Chapter 2

16.00…. Sore itu udara sudah lumayan agak sejuk tidak seperti tadi siang yang memang sangat panas. Perlahan dia mengayuh sepedanya menuju ke apartemennya. Hari itu dia telah bertekad untuk melamar kerja di café yang diberitahukan oleh pak Kim tadi pagi.

Tanpa terasa dia sekarang sudah sampai di apartemennya, segera diparkirkannya sepedanya disamping. Apartemen itu terdiri dari 3 lantai dan Minho menghuni lantai ke 2. Saat dia berjalan ditengah2 tangga kayu tiba-tiba dia dikejutkan oleh suara seorang gadis.

“Minho oppa” gadis itu mendekat menuju kearah Minho, nafasnya sedikit tersengal-sengal kelihatannya dia tadi sedikit berlari. “ah jalanmu cepat sekali sih aku cape tau mengejarmu sejak tadi” lanjut gadis itu.

“Oh, bo young ssi” ada apa Tanya Minho lagi

“hmmm, tidak ada apa-apa”

“aku hanya ingin memberikan ini padamu” sahut bo young lagi kali ini sambil menyodorkan sebuah rantang 3 susun kea rah Minho.

“apa ini” sahut Minho lagi. “hanya sedikit makanan untukmu, kau pasti belum makan kan” sahut gadis itu lagi sambil tersenyum.

“kau tidak perlu setiap hari membawakan aku makanan begini” kali ini Minho menanggapi agak dingin.

“ah, oppa kenapa kau masih sungkan begitu, aku ikhlas kok melakukannya, lagipula kita sudah kenal sejak lama dan dulu kau juga sering menolongku, kalau hanya ini saja bagiku bukan apa-apa” seloroh gadis itu lagi.

Gadis itu, yah dia memang sudah lama dikenalnya. Dia adik kelasnya waktu di smp dulu. Mereka dulu memang akrab dan Minho sudah menganggap Bo Young seperti adiknya sendiri. Memang gadis itu yang sampai saat ini masih sering mengunjunginya namun akhir-akhir ini Minho merasa sedikit tidak enak dengan perhatian-perhatian yang diberikan oleh Bo Yong, bukannya dia tidak suka tetapi dia benar-benar tidak enak hati karena merasa menyusahkan dongsaengnya itu.


“Oppa, gwenchana?” tiba-tiba Bo Young mengejutkan Minho yang sedikit melamun. “ah, tidak apa-apa” sahut Minho sambil tersenyum

“gomawo dongsaeng” sahut Minho lagi sambil menerima rantang yang disodorkan oleh dongsaengnya itu.

“oppa, kau sangat sibuk yah. Boleh aku mampir ke apartemenmu”

“oh, maaf bukannya aku tidak mau tapi setelah ini aku mau pergi lagi” Minho kembali bicara sambil menatap Bo Yong.

“OO. Begitu yah, oppa mau kemana” sahut gadis itu lagi sambil setengah menyidik, jangan-jangan kau mau……”

“aku mau melamar kerja di café yang diberitahukan oleh pak Kim” sahut Minho cepat seakan-akan dia tahu apa yang dipikirkan oleh Bo young.

“Ooooo, baiklah mungkin lain kali” Minho kembali tersenyum kecil melihat tingkah gadis itu. “Baiklah aku pergi sekarang, oppa aza aza fighting” sahut gadis itu kembali sambil mengepalkan kedua tangannya. Minho hanya mengangguk sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

Setelah gadis itu pergi Minho segera berjalan menuju ke rumahnya. Dengan agak tergesa dia membersihkan dirinya. Diambilnya kameja kotak-kotak merah dan kaus putih yang tergantung dilemarinya serta celana jeans biru. Hari itu dia ingin berdandan serapi mungkin. Sebelum pergi dia memastikan sejenak apa penampilannya sudah benar2 rapi. Dilihatnya kembali dirinya didepan cermin sambil setengah bergumam pada dirinya sendiri “Minho, aza” setelah itu dia bergegas pergi.

Setengah jam kemudian dia sampai didepan café tersebut, sekilas dia ragu-ragu untuk masuk kedalam café tersebut. Dilihatnya bangunan café 2 lantai bergaya eropa sangat artistik. Dilihatnya kembali papan nama café tersebut Gallery Café Manolin, benar ini alamatnya. Sejenak dia ragu-ragu jika tidak diingatnya kalau dia membutuhkan pekerjaan ini untuk menambah biaya perawatan ibunya.


Akhirnya dengan langkah yang agak berat, dia melangkah masuk, saat dia akan melangkah masuk tiba-tiba sebuah mobil mungil berwarna merah hampir saja menabraknya, untung baginya dia sempat menghindar.

“Yah!!!” Minho yang masih berdiri terpaku berteriak kearah pengemudi mobil tersebut. Saat dia sudah sadar didatanginya mobil tersebut sambil diketuknya kaca mobil tersebut. Saat kaca tersebut diturunkan seorang gadis berkulit putih dan rambut hitam sebahu tiba-tiba berteriak “ah maaf…maaf… benar-benar minta maaf… Gwenchana?? Kau tidak apa-apakan, apa kau terluka” Gadis itu terus berbicara tanpa memberikan Minho kesempatan untuk membuka mulutnya. Dilihatnya gadis tersebut wajahnya terlihat sangat pucat dan sedikit ketakutan.

“Ooo maaf… aku… aku tadi sedang menerima telepon , aku tidak tahu kalau ada orang yang sedang menyebrang” lanjut gadis tadi.

“Yah, agashi” potong Minho cepat menghentikan ocehan gadis itu, lalu dia tiba-tiba tersadar “Mwo…. Yah… kau tahu tidak betapa berbahayanya menerima telepon sambil mengemudi hah” Minho yang sudah sadar berteriak kepada gadis tersebut, “Dan kau” tunjuk Minho “Meskipun kau sudah meminta maaf, tapi sungguh tidak sopan kau berbicara denganku dari dalam mobil begitu”

“Ah arasooo… aku akan keluar” sahut gadis itu lagi pelan sambil menundukkan kepalanya dan melirik kearah Minho yang sedang berdiri disamping mobilnya sambil berkacak pinggang.

“hmmm, maaf apa kau bisa minggir sedikit” kata gadis itu lagi

“mwo… yah, ka…kau…” Minho kembali memandang gadis tersebut dengan tampang agak heran. “Kenapa aku harus minggir lagi, bukankah dengan jarak segini saja kau sudah bisa membuka pintu mobilmu dan keluar” sungut Minho lagi kali ini bibirnya sudah sangat cemberut.

“sudahlah nanti kau akan tau” sahut gadis itu lagi sambil tersenyum. Minho yang masih dengan wajah keheranan hanya bisa memandang gadis yang sedang tersenyum itu lalu dia melangkah agak mundur mengikuti permintaan gadis tersebut.

Klek…. pintu mobil itu terbuka perlahan. Lalu gadis tersebut mengeluarkan sesuatu terlebih dahulu sebelum dia keluar. Sebuah kursi roda, perlahan gadis tersebut duduk di kursi roda yang telah dia keluarkan sebelumnya. Minho yang memandang gadis itu merasa agak bersalah dan sedikit keheranan. Gadis itu terlihat tidak mengalami kesulitan sama sekali seakan-akan dia sudah biasa melakukan itu.

Klek kembali pintu mobil itu ditutup kemudian gadis yang sudah duduk di kursi rodanya mendekat kearah Minho kali ini mereka berhadapan lalu kemudian gadis itu hanya mengucapkan

“Mobil keduaku” sambil tertawa, Minho yang sejak tadi hanya terdiam sambil memperhatikan gadis itu kemudian “aaaa..aa..ku..aku..ka…kau..kau..” tiba-tiba dia menjadi gagap, dia menjadi bingung dan kehilangan kata-kata, dia tidak tahu ingin berkata apa. Tadinya dia ingin mengumpat gadis itu karena sudah membuatnya hampir kehilangan nyawa tapi sekarang dia semuanya seakan-akan lenyap, umpatan-umpatan yang sudah siap dia lontarkan tiba-tiba hilang.

Gadis itu memandangi Minho seakan-akan menunggu Minho untuk bicara. Minho yang tau dirinya sedang dipandangi oleh gadis itu kemudian hanya bisa berkata

“Ka..kau.. lain kali hati-hati kala..u.. menyetir, aras..ooo“ sahutnya lagi dengan agak grogi. Gadis itu kemudian tertawa melihat Minho yang kebingungan. “ah cheomal miane…lain kali aku akan berhati-hati” sejenak mereka berdua terdiam diposisinya masing-masing sampai akhirnya gadis itu bertanya kepada Minho “anooo.. kau mau ke café itu, kau pengunjung café ini” lanjut gadis itu memecahkan kesunyian diantara mereka.

“O… ti..tidak aku mau melamar kerja disini” kali ini Minho yang mulai bisa menguasai dirinya. “O.. tuhan aku sudah terlambat, aku masuk dulu, kau… apa kau pengunjung café ini juga” Minho yang tiba-tiba tersadar karena sejak tadi dia hanya berkutat dengan kejadian ini.

“ahhh…. i..iyee…” gadis itu kembali tersenyum, senyuman yang sangat manis, sejenak hati Minho bergetar lalu tiba-tiba “a..aku masuk dulu, kau.. mau..aku.. bantu…” kata Minho lagi agak canggung.

“o, ti..tidak perlu, aku sudah terbiasa kemari kok” jawab gadis itu juga tidak kalah canggung. Minho kemudian tersenyum lalu berpamitan sebelum gadis itu kembali berteriak “anooo.. siapa namamu tuan”

Minho yang sudah akan masuk kembali berbalik “ Minho… namaku Lee Min Ho..” sambil tersenyum dan kemudian berlalu.

“Minho… Lee Min Ho…, aaa aku Hye Sun” sahut gadis itu tapi Minho sudah berlalu.



Sunday, January 31, 2010

Coba-coba bikin FF ^^

I like living. I have sometimes been wildly, despairingly, acutely miserable, racked with sorrow, but through it all I still know quite certainly that just to be alive is a grand thing.

By. Agatha Christie

“Minho-ya hidup itu sangat indah bukan jika kau bisa melihatnya dari perspective yang lain, lihatlah dunia ini dari level 100 cm kau akan melihat perbedaannya”


LIFE IS BEAUTIFUL


Minho terbangun dari tidurnya, matanya masih terbuka samar-samar, diliriknya jam tangan usang yg melingkar di pergelangan tangannya

“Sudah jam setengah enam, gawat aku bisa terlambat” bergegas kemudian dia menuju ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan menggosok gigi lalu mengganti pakaiannya, 10 menit kemudian dia sudah siap untuk segera berangkat kerja, dipandanginya apartemen yang kosong itu masih sama dengan kemarin beberapa buku berserakan diatas lantai yang lumayan berdebu, beberapa baju yang belum tercuci serta kotak2 bekas makanan junk food yg ada di tempat sampah serta beberapa piring kotor yang masih belum dicuci masih ada diwastafelnya . Ah sudahlah nanti saja aku bersihkan pikirnya aku harus segera bergegas bisa2 aku terlambat dia tidak ingin mendengar omelan pak Kim lagi.

Sesampainya dibawah segera dia mengayuh sepeda lamanya menuju ke tempat pak kim bahkan matahari masih belum mau menampakkan senyumannya yang hangat namun begitulah hidup yang aku jalani sekarang bekerja siang malam dari satu tempat ke tempat yang lain untuk membiayai biaya perawatan ibu dirumah sakit serta membiayai sekolah adikku.

Yah aku punya seorang adik laki2 bahkan akupun tidak pernah tau dimana dia tidur setiap harinya aku hanya tau kl dia masih bersekolah di sebuah sekolah swasta di kota ini dia hanya pulang sekedar untuk menagih uang bulanan sekolahnya selebihnya aku bahkan tidak tahu apa yang dia lakukan karena aku terlalu sibuk mengurusi masalah ini dan itu.

Semenjak keluargaku bangkrut 3 tahun yang lalu dan ayah yang terpaksa mendekam di bui karena masalah di perusahaan yg dipimpinnya beberapa tahun yg lalu, semenjak itu ibu sering sakit2an dan saat ini terpaksa dirawat di rumah sakit kecil di kota ini karena kami tidak memiliki biaya yang lebih untuk ibu agar mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Terkadang aku membenci diriku yang tidak bisa membahagiakan ibu dan adikku namun apa daya saat ini hanya ini yang bisa kulakukan. Tanpa terasa sepeda yang ku kayuh sudah sampai ditempat pak Kim salah satu bosku.

Kreeeekkkk….

“Ah minho kau sudah datang” pak Kim yg melihatku langsung menunjuk satu krat kotak susu dan setumpuk koran untuk aku kirimkan seperti biasanya, “Iya” aku hanya bergumam pelan tanpa mengatakan apa – apa lagi. ”Setelah selesai dengan semua itu cepat kembali kemari aku ada sesuatu untukmu” pak Kim sedikit berteriak kepadaku yang sedang berjalan keluar sambil membopong kotak susu tersebut…. “Iye” kataku membalas

Rumah demi rumah aku lewati, satu persatu kotak susu dan koran sudah aku kirimkan akhirnya tinggal satu yang terakhir, dikayuhnya sepeda itu menuju sebuah rumah yang berada di pojokan. Rumah itu sangat indah tidak seberapa besar namun kelihatan sangat hangat, sebuah rumah bergaya semi klasik dengan taman yg indah.

Sejenak minho terpaku didepan rumah tersebut lamunannya melayang sampai kemudian sayup – sayup terdengar alunan piano dari dalam rumah tersebut, minho menajamkan telinganya. Suara itu begitu indah, menenangkan namun disisi lain juga begitu sedih bercampur menjadi satu minho terpaku mendengarkan alunan piano itu siapa yang memainkan lagu itu dengan begitu indah pasti seorang master pikirnya, cukup lama dia terhanyut dalam alunan piano tersebut sampai akhirnya tersadarkan oleh suara gonggongan anjing yang berlari keluar dari pintu rumah tersebut serta suara seorang gadis yg memanggil “Terri” mungkin nama anjing tersebut pikir minho, bergegas dia meletakkan sekotak susu serta koran terakhirnya hari ini dan bergegas pergi.


“Terri, berhenti jangan berlari keluar seperti itu atau aku tidak akan memberimu snack” seorang gadis muncul menghampiri anjingnya yang terus menggonggong kearah kotak susu serta koran yg diletakkan oleh si delivery boy. “Ah, rupanya kau begitu ingin meminumnya yah, baiklah ayo kita kedalam aku akan memberikannya untukmu sayang” si gadis tersebut berbicara kepada anjing kesayangannya. Terri terlihat senang dan mengibas-ngibaskan ekornya dengan gembira . Gadis itu hanya bisa tertawa melihat tingkah pola anjingnya.

“oh minho –ya kau sudah datang, ini makanlah dulu kau pasti belum sarapan kan” pak Kim melemparkan roti serta sekotak susu buatku, “gomawo” kusunggingkan senyuman tipis pada pak Kim, dan beliau hanya tersenyum saja “duduklah “ lanjut pak Kim seraya memberikan sebuah kursi kepadaku. Memang sejak ibu dirawat dirumah sakit pak Kimlah orang yang “mengurus” ku dan adikku. “Bagaimana keadaan ibumu, apa beliau baik-baik saja” tiba2 pak Kim bertanya padaku “hmm, sudah agak lumayan tapi beliau memang masih harus banyak istirahat” jawabku. Oh ya kau masih mau bekerja, ada lowongan disini cobalah kudengar gajinya lumayan, pak Kim menyodorkan sebuah kertas bertuliskan sebuah alamat kepadaku.

Manolin Café, 서울시 (Seoul sshhi) 반포동 (Banpo-4-Dong neighborhood) 서래마을 (Seo reh mah eur) 107-28번지

“Café baru, baru dibuka kudengar mereka sedang mencari banyak karyawan dan kebetulan aku kenal baik dengan pemiliknya, kalau kau mau datanglah kesana menemui Mr. Lee dia manajer disana“ pak Kim kembali bicara padaku. “O araso, gomawo pak Kim, nanti aku kesana, aku harus pergi terima kasih pak” pamitku.

Anak yang malang, kau harus bekerja begitu keras diumurmu yang masih belia nak, semoga suatu hari nanti kau akan mendapatkan kebahagiaan yang berlimpah Pak Kim bergumam sambil menatapku yang perlahan pergi.

Jam 9:00 akhirnya aku sampai juga di tempat kerjaku yang kedua, sebuah construction site disana aku menjadi buruh bangunan sebuah apartement mewah di salah satu sudut kota Seoul. Sungguh sangat kontras dimana Negara sedang dilanda resesi pemerintah malah giat2nya membangun apartemen mewah lengkap dengan mall sebagai penunjang keberadaan apartemen itu sendiri .

“Hei minho, kau baru datang” tiba-tiba seseorang mengejutkanku dari belakang.

“ah, iye” jawabku “hmmm, kau ini selalu begitu hanya menjawab sekedarnya tidak ada basa – basi sama sekali” sahut seseorang itu lagi sambil tersenyum. Won Bin Sunbae dia seniorku disekolah dulu, dan sekarang dia menjadi mandor di proyek ini, awalnya pertemuan yang tidak disengaja disalah satu bar tempatku bekerja dulu darinya aku mendapatkan pekerjaan ini, meskipun terasa berat pada awalnya tapi won bin sunbae terus menyemangatiku, yah kalau dipikir-pikir aku masih beruntung punya orang-orang yang masih memperhatikanku ditengah derita yang ku alami.

“kau siap bekerja” serunya lagi “aza… setelah pulang kerja nanti aku traktir kau minum” serunya lagi dan seperti biasa aku hanya menjawab dengan senyuman atas ajakannya.

Siang itu matahari sungguh terik, keringat mengucur deras dari tubuhku entah karena pekerjaan yang berat atau karena panasnya matahari aku sudah tidak bisa berpikir lagi. Saat ini jam makan siang, seperti biasa kami mendapat jatah catering tapi entah kenapa hari ini aku sangat tidak bernafsu untuk makan aku lebih ingin untuk tidur sebentar untuk melepas lelah, sebuah tempat disalah satu sudut construction site menarik mataku untuk kesana, tempat itu lumayan teduh dan sepi.

Kubaringkan sejenak tubuhku bersender pada dinding bangunan tersebut, aku merogoh saku celanaku mencari saputangan untuk menghapus peluh yang masih menetes di wajahku, mataku agak perih karena keringat yang bercampur dengan debu, tiba-tiba sebuah kartu nama yang sudah agak kumal karena tertekuk-tekut terjatuh.

Oh alamat café itu, kulihat lagi dengan seksama kartu nama itu , sebuah kartu nama berwarna putih lengkap dengan lukisan abstrak dan bertuliskan nama café tersebut. Sebuah nama yang indah namanya sangat asing dan bergaya latin, apa pemiliknya orang asing pikirku lagi, alisku sedikit berkerut melihat lukisan abstrak tersebut. Lukisan apa ini seperti bunga namun, ah entahlah aku sama sekali tidak mengerti apa arti lukisan ini terlalu sulit untuk dipahami apa maksud dari si pelukisnya.

Sejenak minho memejamkan matanya, alih-alih ingin tidur sebentar tetapi matanya tidak mau terpejam pikirannya kembali melayang, kemarin dia mendapat surat pemberitahuan dari rumah sakit kalau kondisi ibunya sedang menurun, untuk itu dokter menyarankan untuk memindahkan ibunya kerumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Tentu saja bagi minho artinya dia harus menyediakan uang ekstra, sejenak dia berpikir apakah aku harus mendatangi café ini kalau kata pak Kim bayarannya lumayan, lebih baik daripada hanya sekedar menjadi penjaga pom bensin dimalam hari atau haruskan aku berhutang lagi kepada paman tapi aku yakin paman tidak akan memberikan aku uang lagi karena uang yang dulu saja belum bisa aku kembalikan .

Sejak keluarganya berantakan seperti ini rata-rata seluruh keluarga menjauh, padahal dulu saat ayah masih menjabat sebagai pimpinan perusahaan mereka seperti penjilat-penjilat demi ikut merasakan kekayaan kami, tapi setelah musibah ini mereka sama sekali lupa bahkan terkesan tidak perduli lagi dengan kami, mengingatnya saja aku sudah muak rasanya mereka ingin kuhajar jika aku tidak ingat ibu dan adikku yang masih membutuhkan aku sebagai penopang hidup mereka sekarang terutama ibuku yang membutuhkan dukungan kami lebih dari apapun.

Satu tekad bulat mendadak muncul dipikiran minho, yah sore ini aku akan mendatangi café ini dan menanyakan pekerjaan itu, siapa tau karena pemiliknya orang asing maka aku bisa mengharapkan upah yang lebih ^^